Selasa, 24 Agustus 2010

Kerapan Sapi

 
Madura tidak hanya terkenal karena hasil garamnya, namun lebih daripada itu Pulau Madura dikenal dengan tradisi adu pacu sapinya yang disebut "kerapan". Kebiasaan memacu binatang peliharaan di arena memang sudah menjadi kegemaran penduduk Madura sejak dahulu kala. Di Madura tidak hanya hewan peliharaan sapi yang diadu cepat, tetapi juga kerbau seperti yang terdapat di Pulau Kangean. Adu cepat kerbau itu disebut "mamajir". Sapi atau kerbau yang adu cepat itu, dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas "kaleles" yang ditarik oleh sapi atau kerbau pacuan.
 
Pengertian dan Asal Mula

Bagi orang Madura, pengertian kata karapan atau kerapan adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Perkaitan kerapan diartikan sebagai adu/pacuan sapi karena pacuan binatang lain seperti kerbau tidak disebut kerapan, tetapi mamajir. Oleh sebab itu tidak pernah dikenal istilah kerapan kerbau.

Kata kerapan berasal dari kata kerap atau kirap yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Ada pula anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab "kirabah" yang berarti persahabatan. Dalam pengertiannya yang umum sekarang kerapan adalah suatu atraksi lomba kecepatan sapi yang dikendarai oleh joki dengan menggunakan kaleles.

Lahirnya kerapan sapi di Madura nampaknya sejalan dengan kondisi tanah pertanian yang luas di Madura. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang peliharaan seperti sapi dan kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi.

Ada dugaan bahwa kerapan sapi sudah ada di Madura sejak abad ke 14. Disebutkan ada seorang kyai bernama Kyai Pratanu pada jaman dulu yang telah memanfaatkan kerapan sapi sebagai sarana untuk mengadakan penjelasan tentang agama Islam. Oleh sebab itu ajaran-ajarannya yang filosofis dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem) yang harus berjalan seimbang agar jalannya tetap "lurus", agar manusia pun dapat berjalan lurus.

Cerita lain mengatakan, pada abad ke-14 di Sapudi memerintahkan Panembahan Wlingi. Ia banyak berjasa dalam menanamkan cara-cara berternak sapi yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya, Adi Poday. Sang putra lama mengembara di Madura daratan dan ia memanfaatkan pengalamannya di bidang pertanian di Pulau Sapudi sehingga pertanian semakin maju.

Karena pertanian sangat maju pesat, maka dalam menggarap lahan itu para petani seringkali berlomba-lomba untuk menyelesaikan perkerjaannya. Kesibukan berlomba-lomba untuk menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga atau lomba adu cepat yang disebut karapan sapi.

Berbagai macam "kerapan sapi"


Di Madura dijumpai beberapa macam "kerapan sapi" yang memberikan klasifikasi kepada jenis dan kategori peserta karapan tersebut. Berbagai macam karapan sapi itu adalah sebagai berikut:

Kerap Keni' (Kerapan Kecil)


Kerapan jenis ini diadakan pada tingkat kecamatan atau kewedanaan. Para peserta adalah yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Sapi kerap dari luar tidak diperbolahkan turut serta. Jarak tempuh hanya 110 meter. Dalam kategori ini yang diutamakan adalah kecepatan dan lurusnya. Kerap keni ini biasanya diikuti oleh sapi-sapi kecil dan baru belajar. Pemenangnya merupakan peserta untuk mengikuti kerap raja.

Kerap Rajha (Kerapan Besar)


Kerapan besar ini disebut juga kerap negara, umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Ukuran lapangan 120 meter. Pesertanya adalah juara-juara kecamatan atau kewedanaan.

Kerap Onjhangan (Kerapan Undangan)


Kerapan undangan adalah pacuan khusus yang diikuti oleh peserta yang diundang baik dari dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Kerapan ini diadakan menurut waktu keperluan atau dalam acara peringatan hari-hari tertentu.

Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)


Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesdenan diadakan di kotaPamekasan pada hari Minggu, merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

Kerap jhar-ajharan (kerapan latihan)


Kerapan latihan tidak tertentu harinya, bisa diadakan pada setiap hari selesai dengan keinginan pemilik atau pelatih sapi-kerap itu. Pesertanya adalah sapi lokal.

Persyaratan sapi-kerap tidaklah banyak, asalkan sapinya kuat dan diberi makanan yang cukup, dilatih lari, dipertandingkan dan diiringi dengan musik saronen. Konon beberapa pemilik sapi-kerap juga melengkapi kehebatan sapinya dengan menggunakan mantra-mantra serta sajian tertentu. Sesungguhnya hal ini tidak dibenarkan dalam aturan sebuah lomba atau kerapan.

Pelaksanaan Kerapan


Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan, berparade agar dikenal. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi karena sudah ditambatkan, juga merupakan arena pamer akan keindahan pakaian/hiasan sapi-sapi yang akan berlomba. Sapi-sapi itu diberi pakaian berwarna-warni dan gantungan-gantungan genta di leher sapi berbunyi berdencing-dencing. Setelah parade selesai, pakaian hias mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Maka dimulailah babak penyisihan, yaitu dengan menentukan klasemen peserta, peserta biasanya pada babak ini hanya terpacu sekedar untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan "papan atas" atau "papan bawah". Hal ini hanyalah merupakan taktik bertanding antarpelatih untuk mengatur strategi.

Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak lagi ikut pertandingan babak selanjutnya.

Dalam mengatur taktik dan strategi bertanding ini masing-masing tim menggunakan tenaga-tenaga trampil untuk mempersiapkan sapi-sapi mereka. Orang-orang itu dikenal dengan sebutan: (1) tukang tongko', joki yang mengendalikan sapi pacuan; (2) tukang tambeng, orang yang menahan kekang sapi sebelum dilepas; (3) tukang gettak, orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi itu melesat bagaikan abak panah ke depan; (4) Tukang tonja, orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada kemauan pelatihnya; (5) tukang gubra, anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan. Mereka tidak boleh memasuki lapangan dan hanya sebagai suporter.

Demikian sekilas tentang kerapan sapi di Madura yang sudah merupakan acara hiburan tradisi yang masih lestari sebagai konsumsi wisatawan, tetapi juga telah membawa akibat positif bagi masyarakat Madura di bidang ekonomi, kreatifitas budaya dan sekaligus juga telah melestarikan penghargaan masyarakat terhadap warisan budaya nenek moyang. Sumber: http://www.bangkalan-memory.net/

Senin, 23 Agustus 2010

8 Fakta Menarik Soal Pasta Gigi


DENGAN tujuan untuk merawat kesehatan mulut, pasta gigi menjadi item penting bagi banyak orang. Tapi dengan banyaknya produk yang berjanji akan membuat gigi Anda lebih segar, lebih putih, dan bebas plak, Anda tentu bingung memilihnya.

Untuk membantu memilih dengan bijaksana, cobalah cari tahu bahan apa yang digunakan, dan seberapa sering Anda perlu menyikat gigi, dan sebagainya. Berikut, seperti dibahas Womans Day.

Soal fluoride

Untuk mendapatkan gigi bersih, fluoride adalah suatu keharusan. Menurut Academy of General Dentistry, menyikat gigi dengan pasta gigi ber-fluoride dua kali sehari dapat mengurangi kerusakan gigi sebanyak 40 persen.

"Bahkan di daerah dimana ada fluoridasi air, maka fluoride yang ditambahkan ke dalam pasta gigi telah terbukti sangat bermanfaat," kata Caryn Loftis-Solie RDH, presiden American Dental Hygiene Association (ADHA).

Terdapat label aman

Meski tergoda untuk berhemat dengan menggunakan merek pasta gigi generik, sesungguhnya tindakan Anda tidak efektif dan berpotensi pada produk berbahaya.

"Anda harus selalu mencari tanda perizinan dari lembaga pengawas produk saat memilih pasta gigi," kata Clifford Whall PhD, Direktur American Dental Association (ADA) Seal of Acceptance Program.

"Hanya produk-produk tersebut yang telah memiliki data ilmiah untuk mendukung klaim mereka dan telah terbukti memenuhi kriteria keamanan dan efektivitas," paparnya.

Pemutih gigi efektif setidaknya sampai batas tertentu

Tak terhitung jumlah produk yang menjanjikan senyum putih, tapi apakah produk tersebut benar-benar bisa dipercaya?

"Pasta gigi dengan pemutih bersifat abrasif ringan untuk membantu menghilangkan noda pada permukaan gigi. Bentuk partikel yang digunakan dalam produk pemutih dimodifikasi untuk membersihkan noda jauh lebih baik, sehingga Anda akan melihat perbedaannya secara nyata," kata Dr Whall.

Namun, menurut Dr Whall, produk ini tidak mengandung pengelupas (bleaching), sehingga mustahil untuk mencerahkan senyum Anda secara dramatis seperti yang dilakukan pemutih berkualitas.

Kurang adalah lebih baik

Meski dicontohkan dalam iklan, sikat yang memenuhi sikat gigi tidak akan membersihkan gigi Anda lebih baik daripada jika hanya setengahnya, menurut E Jane Crocker RHD, presiden Massachusetts Dental Hygienists Asosiasi.

"Yang Anda butuhkan adalah (pasta gigi) seukuran kacang polong,” tambahnya.

Bukan hanya lebih efektif (dengan membersihkan dan menghilangkan plak, noda, dan sisa-sisa makanan), Anda juga akan menghemat penggunaan pasta gigi.

Cara menyikat lebih penting daripada sikat dan pasta gigi yang Anda gunakan

Anda dapat membeli pasta gigi dan sikat gigi terbaik di pasaran, tapi jika Anda tidak menyikat gigi dengan benar, Anda tidak akan melihat hasilnya.

"Untuk melakukannya dengan benar, Anda perlu memposisikan sikat gigi dalam sudut 45 derajat sehingga bulu sikat gigi bisa menjangkau di antara gigi dan gusi," kata Dr Whall.

"Pindahkan sikat dalam gerakan lingkaran kecil di daerah tersebut, kemudian lanjut ke gigi. Proses ini akan memakan waktu sekitar satu hingga dua menit untuk menyelesaikannya," jelasnya.

Pasta gigi organik sama efektifnya dengan pasta gigi biasa

Jika Anda bersedia untuk menghabiskan sedikit biaya untuk menggunakan pasta gigi go green, alami, dan organik, pilihan Anda dapat menjadi alternatif ramah lingkungan yang baik.

"Pasta gigi alami dan organik yang mencakup fluoride di dalam bahan pasta gigi sama efektifnya dengan pasta gigi ber-fluoride biasa," kata Crocker.

Dengan pasta gigi organik, Anda juga menghindari bahan pengawet buatan, pemanis, dan pewarna.

Apa yang ada di dalam pasta gigi mungkin akan mengejutkan Anda

Anda mungkin tidak mengenali nama-nama ilmiah yang tercantum di kemasan pasta gigi, tapi bahan seperti seaweed dan detergent dapat ditemukan dalam banyak pasta gigi ber-fluoride. Menurut ADA, bahan penebal termasuk seaweed colloids, mineral colloids, dan natural gums. Produk yang paling mengandalkan detergent seperti sodium lauryl sulfate juga ditemukan dalam banyak sampo dan sabun mandi yang dianggap 100 persen aman dan efektif oleh ADA.

Pasta atau gel?

Anda mungkin pernah mendengar bahwa satu pasta gigi lebih efektif daripada lainnya, tetapi menurut para ahli, produk-produk tersebut sama baiknya untuk gigi bersih.

"Selain rasa, tekstur, dan bagaimana membuat orang merasakan, tidak ada perbedaan besar antara berbagai bentuk (pasta gigi). Saya kira ini lebih kepada pilihan pribadi yang mungkin melalui proses trial and error. Saya mendorong pasien saya untuk menggunakan produk pasta gigi yang bisa memotivasi mereka untuk rajin menyikat gigi," kata Crocker. Sumber: www.kaskus.us

Perpustakaan Daerah Kabupaten Bangkalan



Perpustakaan Bangkalan Kurang Diminati Pembaca

Bangkalan – Perpustakaan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Madura, Jawa Timur, kurang diminati pembaca karena stok buku yang tersedia terbatas.
“Perpustakaan di sini tidak lengkap, banyak buku-buku yang saya cari tidak tersedia di perpustakaan ini,” kata salah seorang warga, Achmad Rofii, di Bangkalan, Jumat.
Rofii menilai, buku yang tersedia di perpustakaan yang terletak di jalan RA Kartini itu banyak yang tidak ada.
Bahkan, buku yang dipajang di sana sebagian merupakan buku terbitan lama. Sehingga banyak pembaca beralih mencari perpustakaan lain.
“Bagaimana tidak pindah ke perpustakaan yang lain, di sini stok buku bacaannya terbatas. Bahkan, sebagian buku bacaan yang dipajang merupakan buku lama,” ucapnya.
Disamping stok buku terbatas, sambung Rofii, tempat baca bagi pembaca terlalu sempit. Akibatnya, pembaca tidak bisa berkonsentrasi saat membaca buku. Secara otomatis materi yang dibaca dalam buku tidak bisa dipahami.
“Serta letak perpustakaannya sendiri kurang strategis. Sebab, banyak warga yang tidak tahu di mana letak perpustakaan di Bangkalan,” ujarnya.
Rofii menambahkan, pihaknya berharap pada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat agar menambah stok buku bacaan. Serta menyimpan buku bacaan yang sudah kedaluwarsa dan tak layak dibaca.
Sementara itu, salah seorang staf Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Bangkalan, Abd Hannan, membenarkan hal tersebut.
Ia mengatakan, perpustakaan yang ada di Bangkalan, masih kalah dengan perpustakaan yang dimiliki daerah lain di pulau Madura.
“Perpustakaan di sini masih kalah lengkap dengan yang berada di Pamekasan dan Sumenep. Disamping stoknya terbatas, juga tempat bacanya terlalu sempit dan letak perpustakaan sendiri kurang strategis,” kata Hannan.